29/03/2024

3 days left

Tiga hari lagi bulan Maret akan berakhir, dan saya berencana akan mengakhiri misi menulis blog tiap hari pada bulan ini menjadi beberapa hari sekali, atau beberapa minggu sekali, entahlah... masih tentatif. Maklum, saya juga ingin memaksimalkan ibadah ramadan menjelang lebaran. Selain itu saya juga merasa perlu jeda untuk mencari ide menulis artikel "beneran". 😁 

Sebenarnya hari ini saya ingin menuliskan tentang "Cara menghadapi orang yang iri dengan kita". Lebih-lebih bahasan ini cukup penting untuk membekali diri mempersiapkan even silaturahim sekitar lebaran disamping pertanyaan yang umum didengar seputar kata tanya "kapan". Salah satu contohnya adalah "Kapan nikah?"😅

Perkara iri tak bisa diprediksi. Beberapa tahun lalu, ada kawan dekat, dan saya tidak berpikir ada dalam diri saya yang bisa di-iri-kan seseorang... ternyata dia iri sama saya. Itupun tidak sengaja saya temukan komentarnya di akun media sosial tertentu. Apakah saya stalking? tidak juga. Waktu itu tiba-tiba saja saya scroll feed sosmed dan ada komennya di satu akun, dan merasa... oh ternyata begitu pandangannya.

Sikap iri juga bisa sangat terlihat bila orang-orang tertentu sengaja berbicara face to face dengan saya membahas suatu hal dan berdasarkan kata-kata yang ada ... jelas menunjukkan ketidaksukaannya atas apa yang saya peroleh. Bisa juga pembicaraan tertentu saya dengar dari cerita orang lain. Tanpa saya niati, beberapa kenyataan bisa menunjukkan ada beberapa orang ternyata iri dengan saya. Ada yang bernada menghujam, menyalahkan, menyudutkan, dsb yang pada saat saya belum sadar itu adalah perkataan atau sikap iri... pernah membuat saya menangis dan bertanya-tanya, "Apa salah saya? Saya tidak pernah "nggarai" orang-orang tersebut... dsb." 

Lambat laun saya menyadari bahwa sikap tersebut bukan kendali saya, bukan juga salah saya. Sikap-sikap mereka tentu tanggung jawab dan di bawah kendali mereka sendiri. Hal yang seharusnya tidak perlu mempengaruhi saya dan membuat saya menyalahkan diri karena membuat orang lain tidak suka dengan saya. Cukup saya menerima kenyataan bahwa memang tidak semua orang bisa suka sama saya. Bahkan bila seluruh dunia ini tidak suka dengan saya, saya perlu mengingat ada diri saya dan orang-orang di rumah yang suka sama saya. Itu sudah cukup. Lagi-lagi saya perlu ingat, 'mereka tidak akan menggantikan saya saat saya diinfus/dioperasi saat kesehatan saya turun'. Jadi, penerimaan atas kenyataan yang ada... sudah cukup memahami bahwa iri memang bisa menyerang siapa saja termasuk orang yang dekat dengan kita. 

Akhirnya, salah satu cara menghadapi orang yang iri dengan kita tidak lain adalah bersikap memahami dan menerima kenyataan bahwa mereka iri dengan apa yang kita punya, bersikap tidak memasukkan kata-kata yang ada ke dalam hati. Mereka bisa saja kesal karena kita mendapatkan sesuatu, tapi jangan sampai kekesalan mereka membuat kita merutuki diri dan merasa tidak bersyukur atas apa yang kita peroleh. Tentu kita perlu banyak-banyak istighfar demi menekan rasa unggul yang bisa tumbuh dalam dada karena ada kelebihan dalam diri yang "diinginkan" oleh orang lain.

No comments:

Post a Comment

Terima kasih atas kesan dan pesan nya. Jangan kapok dan sungkan untuk berkunjung kembali :)