18/11/2013

Silent reader

Selamat malam teman, kali ini tetiba saya ingat istilah silent reader. Silent reader biasa digunakan warga blog untuk menyebut pengunjung yang sekedar membaca tulisan dalam blog tanpa meninggalkan jejak berupa komentar. Pengunjung blog seperti ini pasti ada di setiap blog atau website yang mempunyai kolom komentar atau tidak. Meskipun pemilik suatu blog sudah sangat ramah (menulis himbauan pengunjung untuk meninggalkan jejak), kebanyakan pengunjung tidak melakukannya. Bisa saja karena setelah setengah jalan membaca tulisan, pengunjung beralih mencari tulisan yang lain dan tak lupa menutup tanda close di ujung jendela. Atau bahkan, mereka tidak punya kata-kata yang ingin dituliskan, contohnya saya. Saya sering menjadi silent reader blog-blog atau website yang kaya informasi. Hihihi,,, ya memang pengen baca aja. Namun tentu saja, meskipun saya menjadi silent reader, tulisan yang saya baca pasti membawa pengaruh bagi saya.

05/11/2013

“Potong jari saya”

Akhir-akhir ini, saya dan adik saya senang berburu kartu GSM sebuah provider yang mempunyai kecepatan cukup bagus untuk berinternet ria dengan harga terjangkau; hasil saran seorang teman baik saya yang sudah lama jadi pengamat penyedia layanan internet di area Sidoarjo. Namannya saja berburu kartu dengan harga terjangkau, pencarian pun dilakukan baik via internet seperti tokobagus.com sampai counter-counter penjual pulsa yang “potensial” untuk dikunjungi. Untuk cara kedua, kami biasanya saling membagi tugas bila berpergian berboncengan dengan motor. Siapapun yang menyetir tetap bertugas menyetir sambil melambatkan kecepatan sepeda motor, sedangkan yang duduk di belakang pengemudi akanbertindak secara aktif mengamati pamphlet yang terpasang pada counter-counter potensial tersebut. Hingga suatu ketika, kami mendapatkan sebuah toko yang berhasil dijadikan “kandidat” di daerah dekat kampus Unesa Surabaya.

Beberapa hari kemudian, adik saya berkesempatan untuk menanyakan langsung kebenaran “penglihatan” kami sebelumnya. Alhasil diperolehlah suatu harga yang menurut kami memang belum pernah ada satu pun penjual yang memberikan harga yang dia tawarkan. Bahkan dia menambahkan kalimat, “Potong jari saya jika ada penjual lain yang berani jual harga di bawah harga yang saya tawarkan.” Pantas saja, sebelum bercerita tentang hasil investigasinya, adik saya berujar, “sing dodol rodo lebay mbak.” Ternyata itu lah yang terjadi hehe..

Selanjutnya, kami masih melacak tempat lain via internet, karena seperti sebelumnya kami memang mendapatkan harga yang pas melalui searching di internet sebelum akhirnya melakukan COD. Bukan karena termotivasi ingin melakukan potong tangan si penjual tadi, hanya saja kami memang ingin mencari tempat COD yang tidak terlalu jauh dari rumah dan mungkin saja sekalian bisa dijadikan langganan hehe..  Akhirnya, kami menemukan seorang penjual yang menurut kami cukup menjual kartu dengan harga terjangkau dan sesuai dengan keperluan kami sehari-hari. COD pun dilakukan di rumah beliau dan ngobrol-ngobrol ternyata beliau juga menjual kartu sejenis dengan yang dijual “penjual sebelumnya” dengan harga yang jauh lebih murah, kurang lebih selisihnya Rp.7000,-. Wow.. bisa-bisa ada yang menangis kalau adik saya mau melakukan janji penjual yang ia datangi pertama [emo geleng kepala]. Alhasil, kami cuma membeli kartu yang sesuai dengan kebutuhan kami dan pulang ke rumah dengan cekikikan.


Yah, bagaimanapun juga ya… Di atas langit masih ada langit. Bahkan untuk sesuatu yang kita belum ketahui kebenarannya, mungkin suatu saat nanti akan muncul setelah dicari-cari. Fiuh… untung saja kami ga berminat untuk mendatangi penjual pertama tapi bagaimana pun juga janji adalah janji bukan? So.. keep your promise. Jika masih terlalu sulit, mari menjaga lisan. J

*Entah mengapa, saya teringat janji-janji tak terlaksana yang telah lewat masanya, serta beberapa janji yang saya tidak tau apakah dapat menepatinya atau tidak.