26/03/2018

Matematika dalam Bacaan Fiksi


sumber gambar
Bacaan fiksi terlihat lebih menarik daripada bacaan nonfiksi. Tengok saja para pembaca buku di Instagram atau bookstagrammer , mereka lebih sering memposting buku bergenre fiksi daripada nonfiksi. Entah itu bacaan bertema petualangan, fantasi, misteri, atau jenis lainnya. Cerita rekaan di luar kehidupan nyata – atau mirip kehidupan nyata – nampaknya bisa menarik banyak pembaca dibandingkan paparan teks yang menjemukan dalam buku-buku nonfiksi. Pun tidak sedikit pembaca yang menjadikan bacaan fiksi untuk rehat dari kesibukan sehari-hari.

Kemudian, apakah pelarian pembaca ke dunia ‘tak sebenarnya’ dalam cerita-cerita fiksi ini tidak bermanfaat? Perlu studi lebih lanjut untuk membahas ini. Apalagi ketika pendapat saya tentang bacaan fiksi tidak bermanfaat bukanlah sesuatu yang bisa dibenarkan. Ada beberapa orang meyakinkan saya bahwa bacaan fiksi mampu mengasah imajinasi atau kemampuan pada otak kanan manusia. Sebagian lagi berujar bahwa dengan membaca cerita fiksi, kegiatan ini bisa memperkaya kosa kata pembacanya, belajar mengetahui alur dan keruntutan cerita, serta dapat mengambil pelajaran tertentu dari cerita. Tentu, pembaca perlu melahap banyak buku terlebih dahulu untuk mengambil manfaat yang terakhir.

17/03/2018

Jadilah admin yang bertanggung jawab


Kurang lebih 10 tahun yang lalu, beberapa rekan dan saya tertarik untuk melibatkan teknologi dalam penelitian untuk tugas akhir. Tentu, keinginan itu terinspirasi dari perkembangan internet yang begitu pesat dan menjajikan feedback cepat dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam pembelajaran, siswa memerlukan feedback dari guru tentang benar atau tidaknya suatu pembahasan soal berkaitan dengan konsep tertentu secara cepat. Hal yang bisa ditawarkan dengan bantuan teknologi 'kekinian'. Misal ketika mengerjakan sepuluh soal pilihan ganda, siswa dapat mengetahui berapa skor yang mereka peroleh segera setelah menyelesaikan soal yang ada dari suatu software atau website tertentu.

Hal lain yang bisa ditawarkan teknologi untuk pembelajaran adalah mudahnya pengulangan. Tidak dapat dipungkiri, tiap siswa memiliki kemampuan daya serap yang berbeda antara satu dengan yang lain. Ada siswa yang paham ketika guru menjelaskan materi dalam sekali penjelasan, tapi tidak sedikit siswa yang memerlukan beberapa kali pengulangan. Dengan teknologi, berupa video pembelajaran, siswa mampu belajar dengan mengulang-ulang video tentang materi tertentu sampai mereka paham. Lagi-lagi, teknologi menawarkan kemudahan dalam mengakomodasi kecepatan pemahaman siswa yang beragam.