27/02/2018

Review Buku: Fighting, Son Seng Nim!

[Sinopsis] Zona nyaman Fatima seketika terenggut. Di tahun kelimanya bekerja, dia dimutasi ke sekolah cabang. Terpaksa tinggal jauh dari calon suami serta sahabat. Dia dihadapkan pada lingkungan dan rekan baru. Segalanya mendadak canggung dan asing baginya. Namun, di titik ini pula Fatima menemui pendewasaan. Di tengah liukan kisah cintanya dengan Angga yang tak jua berujung di pelaminan, Fatima terpanggil untuk terlibat lebih jauh dalam permasalahan salah satu anak didiknya. Satu tindakannya yang lantas membuatnya bersinggungan dengan Lee Jun Ho.

Judul: Fighting, Son Seng Nim!
Penulis: Nuraisah H.
Penyunting bahasa: Muridatun Ni’mah
Penerbit: Indiva 
Cetakan: Pertama/September 2016
Ketebalan buku: 392 halaman
Kategori: Fiksi/Novel
ISBN: 978-602-1614-50-1

[Review] Perkembangan zaman memungkinkan kita bekerja dengan warga negara lain di belahan bumi manapun, termasuk di negara kita sendiri. Contohnya, salah satu setting latar dalam novel ini bertempat di beberapa TK Korea di Indonesia. Jenis cerita yang menurut saya efektif  untuk menarik minat pembaca tentang aktivitas di dalam sekolah asing di Indonesia. Asumsinya, kegiatan dan kebiasaan yang diajarkan pihak sekolah dalam cerita mungkin berbeda dengan sekolah negeri dan swasta 'lokal' bukan?

Tidak hanya kegiatan belajar mengajar dalam kelas, penulis juga menceritakan bagaimana tokoh utama berinteraksi dengan rekan pengajar yang berbeda kewarganegaraan dan keyakinan. Sebagai tokoh utama, Teacher Fatima dihadapkan pada perbedaan kebiasaan dan pola pikir rekan mengajarnya. Teacher Fatima dituntut untuk mampu berargumen dengan baik saat menolak ajakan rekan-rekannya untuk minum alkohol, mengonsumsi  masakan berbahan babi, dan memelihara anjing dalam asrama guru. Singkat cerita, pembaca bisa ikut merasakan bagimana seorang muslimah bersikap terhadap pemeluk agama lain, tanpa mengabaikan ajaran yang ia anut.

Hubungan Teacher Fatima dengan siswa-siswi dan walimurid juga ditampilkan dengan rapi oleh penulis. Interaksi keseharian Teacher Fatima dengan tiap siswa, dan saat ia mendamaikan seorang siswi dengan ayahnya cukup menunjukkan bagaimana seorang guru berupaya tidak sekedar mengajar tapi juga mendidik siswa-siswinya. Selain itu, detil kegiatan dan karakter tiap siswa juga mampu membuat saya membayangkan apa yang berbeda dari siswa pada TK dalam cerita dengan TK 'lokal' di dekat rumah saya. Hanya saja, keberadaan detil cerita bagaikan sebuah koin dengan dua sisi berbeda. Detil tersebut tidak hanya membuat kita tahu hal-hal yang berkaitan dengan budaya Korea, tapi juga menyadari bahwa cerita yang berkaitan dengan konflik pribadi Teacher Fatima berjalan agak lambat.

Sepanjang cerita, novel ini menampilkan kisah seorang muslimah yang sedang berproses menuju level keimanan yang lebih baik. Teacher Fatima sendiri bukanlah sosok muslimah yang sempurna di awal cerita. Ia masih galau ketika ingin menikah dengan kekasihnya yang berbeda agama. Beragam upaya dilakukan kedua calon pengantin demi mengantongi restu keluarga sampai datangnya sebuah peristiwa. Teacher Fatimah kehilangan seseorang yang paling penting dalam hidupnya. Kejadian tersebut rupanya mengusik sanubari Teacher Fatima untuk semakin mendalami keyakinan yang selama ini ia peluk. Ia semakin menyadari bahwa segala permasalahan yang membelitnya selama ini sebenarnya telah ada jalan keluarnya. Rangkaian perubahan sikap dan pola pikir inilah yang menunjukkan bagaimana Teacher Fatimah berhasil hijrah ke arah yang lebih baik.

“Orang tidak perlu takut mengungkapkan kebenaran” – hal. 356

Tidak mudah bagi seorang muslim dan muslimah mengamalkan apa yang sesuai dengan ajaran agama di tengah komunitas yang berbeda iman, sikap penolakan pihak-pihak tertentu pasti ada. Seperti halnya Teacher Fatima saat menghadapi beragam sikap antipati dari sekelilingnya, ia tetap tegak berdiri dan membulatkan tekad untuk menjalani kehidupan sesuai ajaran Islam. Sebuah sikap yang perlu dimiliki oleh seluruh umat Islam dewasa ini.

Secara keseluruhan, novel ini menggunakan Bahasa Indonesia yang tidak baku tapi tetap mudah untuk diikuti. Terdapat juga kalimat-kalimat dalam Bahasa Korea yang bertebaran. Namun jangan khawatir kesulitan memahami jalan ceritanya. Ada footnote yang memadai tentang arti dari Bahasa Korea yang digunakan. Selebihnya, ingin tahu lebih banyak bagaimana perjalanan seorang muslimah membangun keimanan di tengah komunitas yang tak seiman? Novel Fighting, Son Seng Nim! bisa menjadi salah satu bacaan ringan bertema keimanan.


Review ini diikutsertakan dalam kegiatan Review Campaign & Giveaway #AkuCintaBuku2 bersama IndivaMedia Kreasi dan Riawani Elyta