Pernah ingat ada iklan atau adegan film tertentu tentang
pemuda yang merelakan tempat duduknya demi digantikan seorang ibu-ibu dalam
transportasi massal? Nampaknya mengharukan ya, mengingat sedikit orang yang peka
dan baik hati merelakan tempat duduk nya untuk penumpang lain yang lebih
membutuhkan. Terlebih lagi jika pemuda tersebut melakukan pertolongan tersebut
bukan pada transpotasi massal yang memiliki tanda prioritas dalam kendaraan tersebut (tanda ini
digunakan untuk mengutamakan manula, wanita hamil atau menggendong bayi serta
penumpang berkebutuhan khusus - biasa ditemukan dalam bus Trans dan beberapa jenis kereta api). Namun tak jarang, sebagian
dari kita enggan beramah-tamah mengalah dalam masalah tempat duduk ini. Pernah kah
terlintas pernyataan 'mungkin tidak hanya sekedar malas berbagi' dalam benak teman-teman?
Beralih pada fenomena enggannya seorang penumpang yang
memberikan tempat duduk nya kepada orang yang dirasa membutuhkan. Kita tidak bisa
melihat secara jelas alasan seseorang
yang enggan memberikan tempat duduk dan ruang terhadap orang tertentu. Lebih-lebih pada transportasi umum antar kota yang tak dilengkapi tanda
prioritas tempat duduk. Ya, transportasi umum seperti ini lah yang ternyata
memiliki celah, dan dimanfaatkan oleh pelaku-pelaku kejahatan. Apa itu? mereka
memanfaatkan sisi kemanusiaan penumpang untuk memuluskan aksinya dalam transportasi
massal.