01/11/2015

Musang berbulu domba

Pernah ingat ada iklan atau adegan film tertentu tentang pemuda yang merelakan tempat duduknya demi digantikan seorang ibu-ibu dalam transportasi massal? Nampaknya mengharukan ya, mengingat sedikit orang yang peka dan baik hati merelakan tempat duduk nya untuk penumpang lain yang lebih membutuhkan. Terlebih lagi jika pemuda tersebut melakukan pertolongan tersebut bukan pada transpotasi massal yang memiliki tanda prioritas dalam kendaraan tersebut (tanda ini digunakan untuk mengutamakan manula, wanita hamil atau menggendong bayi serta penumpang berkebutuhan khusus - biasa ditemukan dalam bus Trans dan beberapa jenis kereta api). Namun tak jarang, sebagian dari kita enggan beramah-tamah mengalah dalam masalah tempat duduk ini. Pernah kah terlintas pernyataan 'mungkin tidak hanya sekedar malas berbagi' dalam benak teman-teman?

Beralih pada fenomena enggannya seorang penumpang yang memberikan tempat duduk nya kepada orang yang dirasa membutuhkan. Kita tidak bisa melihat secara jelas  alasan seseorang yang enggan memberikan tempat duduk dan ruang terhadap orang tertentu. Lebih-lebih pada transportasi umum antar kota yang tak dilengkapi tanda prioritas tempat duduk. Ya, transportasi umum seperti ini lah yang ternyata memiliki celah, dan dimanfaatkan oleh pelaku-pelaku kejahatan. Apa itu? mereka memanfaatkan sisi kemanusiaan penumpang untuk memuluskan aksinya dalam transportasi massal.