22/02/2024

Merekam moment

Akhir-akhir ini saya agak insecure kalau mau memotret ...halaaahh.... Padahal sebelumnya motret ya motret aja entah itu pakai kamera saku atau kamera beragam ponsel. Jepret ya jepret saja, nanti tinggal pilih mana hasil terbaik, pake aplikasi editing kalau perlu. Bahkan dulu saya sering ngga yakin kalau "difotokan" teman walau ya hasil jepretan saya ngga melebihi jepretan mereka. Kini semuanya berbeda. ๐Ÿ˜…

Lebih tepatnya bulan lalu, saya menyadari bahwa memotret pemandangan terasa gagal saat saya mendampingi murid-murid saya ODL ke Bali. Ketika sholat shubuh di sebuah masjid area Bedugul, saya melihat pemandangan sekitar danau yang dikelilingi bukit terlihat sangat indah sekali. Jiwa "moto-moto" saya pun keluar dengan sendirinya dan terkejut ketika menyadari apa yang saya lihat dengan mata secara langsung jauh lebih baik dari hasil foto saya. Semacam ... keindahan yang tertangkap foto pemandangan tersebut tidak ada apa-apanya dibanding dengan melihat secara langsung. Di situlah saya merasa insecure.

Danau Bedugul menjelang sunrise

Terbersit dalam benak, 'mungkin setting kamera smartphone ini perlu diutak-atik lagi, atau kamera saya tidak mumpuni merekam keindahan yang terpampang di depan saya', tapi saya juga berpikir 'kalau ngomongin spek kamera atau ponsel pasti ngga akan ada habisnya. Perlu waktu yang tidak sedikit eksplorasi setting dan fitur ponsel. Lalu kalau membahas spek, saya ingat saat masih aktif memakai kamera pocket/saku selalu berandai-andai punya kamera DLSR atau mirrorless. Selanjutnya ... 'Apa nanti saat saya sudah punya kamera jenis demikian, ngga akan ada keingingan nambah lensa??' Nah, saat mengingat hal inilah saya jadi tersadar bahwa keinginan saya di masa lampau itu jelaslah hanya keinginan. Tidak seperti teman saya yang memanfaatkan kamera DLSR dkk yang dia punya sebagai lahan mendapatkan penghasilan tambahan di bidang fotografi. Bahkan saya juga tidak terlalu antusias lagi untuk mengupgrade skill fotografi di bidang landscape photgraphy atau bahkan skill yang lebih menjanjikan seperti fotografi untuk acara semacam wedding, dan wisuda. Jadilah saya merasa "Ya sudah, tidak apa-apa... memang indera penglihatan yang diciptakan Allah ini ngga bakal tersaingi buatan manusia." Kalau terasa lelah atau jenuh memotret, ya cukup  melihat dan mengagumi saja. Nanti kalau sudah ngga lelah atau jenuh, lanjut lagi utak-atik kamera ponselnya.๐Ÿ˜

Selain memotret, saya merasa bisa merekam moment dengan cara menulis. Salah satunya dengan mengisi kembali blog ini. Seperti kali ini, saya mengetikkan kata-kata untuk postingan ini dari ruang labkom 1 di hari ketiga ABM. Mengingat saya tidak diperkenankan 'merekam moment' dengan cara memotret, saya bisa berusaha 'menangkap' suasana ABM dalam bentuk tulisan. Mungkin, besok akan saya tuliskan bagaimana suasana ABM dan kejadian-kejadian unik selama ABM berlangsung. Hanya saja, merekam moment dengan tulisan akan berbeda dengan hasil foto semata. Pasti ada tambahan-tambahan subjektif dari saya, dan tentu saja... kalian boleh saja tidak percaya dengan apa saja yang saya tuliskan dalam blog ini. Bebas. ๐Ÿ˜„


No comments:

Post a Comment

Terima kasih atas kesan dan pesan nya. Jangan kapok dan sungkan untuk berkunjung kembali :)