28/06/2024

Era banjirnya informasi

Satu-satunya media sosial yang masih sering saya akses selain whatsapp adalah instagram. Mayoritas media yang mendominasi aplikasi ini adalah video atau reels yang berisi banyak sekali konten mulai dari konten dokumentasi kegiatan sehari-hari/travelling, review produk, sampai tanggapan atas sesuatu. Nah, konten terakhir inilah yang sering membuat saya was-was. Konten-konten yang seringkali membuat saya menge-klik halaman profil pembuatnya demi mengecek siapa sosok pemilik profil tersebut. Singkat kata, tanpa sadar saya sering mengecek kredibilitas para konten kreator tipis-tipis. Hehe.

Mengapa saya sampai mengecek bio di profile instagram si konten kreator? Tidak lain berhubungan dengan taraf kepercayaan dan seberapa besar saya bisa mempercayai apa yang dia katakan. Sederhananya, konten berkebun misalnya, akan dapat dipercaya bila kreatornya memang punya basic di bidang pertanian atau berpengalaman sekian tahun berkebun. Tidak menutup kemungkinan pihak demikian merupakan pemilik toko bibit atau hal berkaitan dengan tanam-menanam. 

Salah satu konten yang perlu diwaspadai atau perlu tebang pilih apa yang dipercaya adalah tentang hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan. Banyak sekali konten-konten yang dibuat oleh user yang bukan ahli atau praktisi terpercaya, semacam "saya hanya share yang cocok dengan tubuh saya". Ya memang tidak salah, hanya saja... saya merasa perlu effort lebih untuk percaya sambil tidak terlalu berharap. Tentu berharap pada manusia itu tidak diperkenankan.  Lebih-lebih bila mereka menawarkan obat atau resep dan ditargetkan untuk orang-orang yang tidak tumbuh di era serangan informasi sejak kecil, seperti orang tua saya, atau siapa saja yang termasuk gen X. Perlu waktu yang tidak sedikit untuk meyakinkan mereka bahwa informasi tertentu valid, dan beberapa informasi memang perlu diabaikan.

Fenomena banyak orang percaya diri me-share konten ini sebenarnya sudah lama terjadi sejak informasi mudah dibuat dan dibagikan. Tidak perlu ber-ijazah atau berlisensi tertentu, seseorang bisa membuat konten-konten yang mereka sukai. Saking banyaknya konten dengan latarbelakang ambigu demikian lah yang tiba-tiba mengingatkan saya atas satu buku yang belum saya baca berjudul "Matinya Kepakaran". Harapannya saya bisa menemukan sesuatu atas fenomena merebaknya konten bukan berasal dari ahlinya. Mudah-mudahan, saya bisa membaca buku itu segera, karena akhir-akhir ini masih ada dua buku yang ingin segera saya selesaikan sebelum Juni berakhir.

Selamat hari jumat.

No comments:

Post a Comment

Terima kasih atas kesan dan pesan nya. Jangan kapok dan sungkan untuk berkunjung kembali :)