04/06/2024

Bukan prioritas

Tadi siang saya mengikuti rapat kelulusan jenjang akhir di tempat saya mengajar. Ada beberapa murid yang dipertimbangkan untuk tidak diluluskan tahun ini. Tentu melihat permasalahan yang ada... perkara putus sekolah bukanlah sekadar perkara 'seharusnya mereka lebih bersemangat menyelesaikan bangku SMP-nya'.

Keluarga yang tidak utuh, gangguan kesehatan serius, ketidakmampuan ekonomi, bisa menyebabkan seorang anak tidak nyaman dalam hidup. Jangankan berkeinginan sekolah, bisa jadi ... bernapas dalam rumah saja tidak merasa nyaman. Diantar ke sekolah pun, bisa saja dia tidak berjalan masuk ke kelas setelah memasuki gerbang alias punya ilmu menghilang, ghaib. Entah lewat jalan samping rumah petugas kebersihan yang langsung tembus jalan persawahan, entah sembunyi di mana anak itu... pokoknya tidak masuk kelas.  

Seorang guru juga pernah bercerita salah satu muridnya di kelas 7 diajak ibunya "mulung" sampai jam 9 malam. "Ibu mana yang tega mengajak anaknya kerja sampai malam padahal besoknya sekolah," yang tentu saja saya menjawab kurang lebih, "Bu... Tidak semua orang punya pikiran sekolah itu penting. Ada orang yang mikir bagaimana bisa hidup hari itu dengan jalan kerja ngajak anaknya." Yang kalau saya pikir-pikir lagi sambil mengetik ini merasa omongan saya belum terlalu meyakinkan. Tidak semua orang mampu memandang bahwa sebagian orang tidak menganggap pendidikan adalah sebuah prioritas.  Baru saya mengingat ada cerita sejenis. Kalau tidak salah, ini cerita dari adik saya, saat ia mengajar di sekolah yang lebih dekat tambak/laut.

Anak-anak nelayan tidak bersekolah saat diajak ayahnya melaut. Para guru menemukan jawaban ini saat mendatangi rumah murid-muridnya yang tidak ke sekolah dalam waktu cukup lama. Tentu saja dengan kenyataan demikian semakin menguatkan bahwa tidak sedikit orang-orang berpandangan ekonomi yang cukup mendukung kehidupan itu lebih penting dibandingkan berangkat sekolah walaupun gratis. Di sisi lain, sekolah juga penting untuk menawarkan masa depan si anak agar bisa hidup lebih baik, dengan mendapatkan kesempatan punya skill dan mencoba varian pekerjaan yang lebih banyak dari apa yang orang tuanya ketahui. Dari kejadian inilah saya yakin tiap sekolah punya  aturan yang mengakomodasi kondisi yang ada.

Jujur saja, menjelang tidur kali ini saya merasa tidak nyaman... karena masih merasa tidak mampu mengenal satu persatu siapa yang saya ajar. Kalaupun mampu mengenal, saya tidak yakin kepala saya mampu memikirkan semua yang ada. Belum mampu menjadi seseorang yang memberikan pengalaman murid-murid untuk berkembang sesuai kemampuan. Serta semakin mengagumi para guru-guru senior yang begitu punya belas asih, mempertahankan status para murid, mempertimbangkan segala sisi yang tentu saja belum mampu saya kuasai ilmu yang satu ini. Kemampuan observasi dan 'detektif' saya belum sejauh itu. Masih banyak skill mengungkap fakta dan cara menolong orang yang perlu saya pelajari dari mereka. 😭

No comments:

Post a Comment

Terima kasih atas kesan dan pesan nya. Jangan kapok dan sungkan untuk berkunjung kembali :)