13/04/2024

Cerita yang tidak meyakinkan

Dua hari yang lalu, saya melewati satu tempat yang biasa saya kunjungi saat saya kecil. Tentu saja beberapa memori akan kegiatan di sana juga otomatis terputar dalam kepala. Tempat di mana saya perlu bersepeda sekian menit dari rumah kakek saya, tempat saya berburu tanda tangan khatib tarawih dan kultum shubuh saat ramadan, tempat mengaji, dan tempat di mana kakek saya pernah menjadi 'orang penting' di sana. Tempat ini berada di Sepanjang, dan beberapa tahun ini berkembang pesat dengan adanya TK ABA. Tempat ini😁bernama Masjid Mujahiddin.

Foto Masjid diambil dari dalam mobil, ngeblur 😅

Salah satu cerita yang saya ingat adalah ketika salah satu teman mengaji saya bercerita tentang hal yang menakutkan. Saat itu di luar masjid sedang hujan deras, dan kami termasuk murid yang sudah selesai disimak bacaannya oleh guru kami. Otomatis kami berkerumun sendiri dan tentu saja kami tidak bisa pulang, harus menunggu seluruh murid selesai membaca dan disimak oleh Bu guru. 

"Koen ero, nek udan deres ngene... ono tangan putul akeh getihe nang kunu." Ucap seorang murid dengan wajah meyakinkan sambil menunjuk arah posisi tempat imam. Maksudnya, adalah ada tangan patah (telapak tangan sampai pergelangan tangan, berdarah-darah) menghantui di balik tembok depan imam. Area di luar masjid ini memang semacam pekarangan kecil dan tidak terlalu ramai dilewati orang-orang seperti halnya area sekitar gerbang utama. Sepenggal cerita itu saya ingat sampai sekarang. Lanjutannya saya tidak ingat. Saya hanya ingat kalau saat itu saya ketakutan bakal didatangi si tangan putus dan menempel di salah satu bagian tubuh saya. Hiiy.😱

Ketakutan masa kecil itu juga membuat saya versi tua berucap, "Geblek, gitu kok dulu langsung percaya.. ngga nanya balik 'memangnya kamu pernah digandoli?" atau.. pernah diapain kamu sama si tangan?" Ya tentu saja kini saya bisa bertanya hal seperti itu karena setelah mendengar cerita itu ... setiap hujan deras sepulang mengaji sampai saat saya tidak tinggal di daerah itu, saya selalu waspada untuk memperhatikan kebenaran cerita teman saya tadi. 

Kemudian saat SMP, saya masih menemui teman sejenis ini. Dia suka cerita-cerita seram tentang hal-hal yang berhubungan dengan makhluk ghaib dengan kemampuan yang meyakinkan. Mimik serius dan mudah mengajak para pendengar begidik dan ketakutan meskipun hanya bermodal "Jarene". Misal... "Eh Jarene lho... ono .....dst" Herannya lagi, saya juga merasa ngeri mendengarkan ceritanya.

Memang ada orang-orang yang bisa melihat dan merasakan hal-hal demikian. Beberapa orang tidak berkemampuan demikian malah mahir menyebarluaskan ketakutan atas tampilan makhluk yang tidak sama dengan kita. Tidak sedikit orang lihai merangkai kata demi menarik para pendengar dengan cerita yang seharusnya mengandung banyak tanda tanya. Hanya saja semakin saya ingat-ingat dan saya pikir-pikir... saya agak menyesal mengapa dulu saya mudah takut mendengar cerita yang belum jelas kebenarannya. Cerita ini pun langsung teringat saat melintasi Masjid Mujahiddin dua hari yang lalu. 😄

No comments:

Post a Comment

Terima kasih atas kesan dan pesan nya. Jangan kapok dan sungkan untuk berkunjung kembali :)