01/07/2024

Memberi tahu orang dewasa

Tadi pagi saya bersama teman mengajar ngobrol tentang perilaku manusia, salah satunya terhadap orang yang lebih senior. Kami membahas tentang "bad-mood" yang bisa menyerang usia siapa saja termasuk "orang dewasa" atau orang yang lebih senior. Dampak "bad mood" memang agak menyulitkan kinerja rekan-rekan lainnya dan cara termudah sekaligus cukup perlu diupayakan adalah "yang lebih junior perlu bersabar untuk menghadapi senior-senior demikian".

Lalu kami juga membahas, hal seperti ini tidaklah banyak dibahas (paling tidak di sekitar saya dan media sosial). Saya lebih sering menemukan hal-hal berkomunikasi antara orang yang setara atau posisi yang dianggap sesuatu yang sudah lazim dibahas semisal cara berkomunikasi dengan pasangan (biasanya pun ditekankan pada upaya suami memimpin dan mendidik isteri), cara mendidik anak, cara guru mengajar murid, dsb. Tidak banyak saya menemukan bahasan 'cara mendidik senior'. 

Saking jarangnya bahasan demikian, saya merasa bersalah ketika mengetikkan kata 'mendidik senior'. Senior bukanlah anak kemarin sore yang tumbuh menjadi orang yang berusia lebih tua dari kita secara sekejap. Pahit manis kehidupan, jelas sudah kenyang mereka rasakan melebihi apa yang saya alami. Lebih tepatnya, idealnya ... senior adalah panutan. Di sisi lain, senior juga bisa merasa tersinggung saat mendengar hal yang kurang sesuai dengan pengalaman mereka. Itu baru bahasan tentang kata 'senior', belum termasuk 'orang tua', terasa lebih tidak nyaman lagi ketika muncul kata-kata "mendidik orang tua". Tentu saja untuk bahasan terakhir ini salah satu contoh nyatanya bisa saya temukan dalam kehidupan nyata, misal Ustadz dan ustadzah yang mengisi materi pengajian di satu event dan audiensnya adalah orang-orang berusia senja. Agaknya kata 'mendidik orang tua' bisa digunakan untuk event demikian. 

Kembali pada kehidupan sehari-hari, bila kata 'mendidik' bisa membuat saya tidak nyaman dan terkesan saya tinggi hati, maka selanjutnya saya akan menggunakan kata 'memberi tahu'. Selama berinteraksi dengan rekan-rekan yang lebih senior mendekati purna, tidak semua mudah untuk diajak kerja sama. Mereka juga mirip dengan rekan-rekan yang seumuran atau lebih muda. Mereka bisa "bad-mood", bisa "playing victim", bisa manipulatif, bisa "gaslighting" juga, dan sebagainya. Singkat cerita, berapapun usia manusia tentu memiliki sikap-sikap yang hampir mirip, bedanya adalah bagaimana menghadapi tiap individu yang berbeda satu sama lain dengan beragam usia. Begitu juga saat saya menyampaikan ketidaksetujuan, ketidaknyamanan, atau sekadar memberitahukan pendapat yang berbeda dengan mereka yang lebih senior... tentu berbeda caranya saat menghadapi adik-adik atau murid-murid. Singkat kata, tidak mudah. 😅

Hidup terus berjalan, beragam temuan selalu ada. Kalau beberapa paragraf di atas bisa dialami oleh saya atau rekan-rekan saya, beda lagi tantangan yang dialami oleh murid-murid dengan orang tua yang "kurang ideal" atau tidak bersikap sebagaimana orang tua bersikap. Tekanan mental yang diterima oleh anak-anak demikian sudah dipastikan lebih berat karena mereka bisa saja merasa tidak tahu apa yang harus dilakukan. Seorang anak yang masih berusia sangat muda tidaklah mudah untuk "memberi tahu orang dewasa" alias orang tuanya sendiri bagaimana perluya menjadi sosok yang baik, perlu dukungan orang dewasa lain yang ada di sekitarnya. 

No comments:

Post a Comment

Terima kasih atas kesan dan pesan nya. Jangan kapok dan sungkan untuk berkunjung kembali :)