26/07/2024

How was your day?

Akhir-akhir ini saya ingin memahami makna terjemahan dari Al Baqarah ayat 286. Semacam mengandung rasa harap atau optimis tentang apa saja yang terjadi pada saya 'sepatutnya' dipandang memang sebanding dengan kemampuan saya. Akan tetapi saya masih sering bertanya-tanya 'Benarkah demikian?' Lalu ketika suatu keadaan yang 'berat' menimpa orang lain, apakah kemampuan orang tersebut memang sepadan menanggung 'beban' yang ada? Atau hanya sebagai sarana agar menjadi sosok yang "mampu" menghadapi kondisi demikian karena situasi dan kondisi tertentu?

Saya teringat saat piket menyambut murid pagi tadi. Ada satu murid yang saya ketahui dia termasuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Dia berdiri di dekat pagar geser bersama seorang wanita yang saya perkirakan ibu atau neneknya. Kemampuan IQ anak ini di bawah normal, hanya sekian puluh saja, dan secara mental (atau kognitif? Maaf saya lupa) dia berusia sama dengan anak berusia 4 tahun. Kondisi yang sebenarnya cukup merepotkan gurunya bila tiba-tiba dia tidak mampu mengendalikan BAB dan BAK saat merasa ketakutan, cemas, capek, atau kondisi apapun yang membuatnya tidak nyaman. Lebih-lebih kenyataan yang tidak begitu membahagiakan tentang anak ini saya dengar saat seorang piket lain berujar, "Itu neneknya, bukan ibunya." Singkat cerita, si anak ini tidak dipedulikan oleh ibunya sendiri. 😭

Apakah kondisi murid ABK ini beserta keluarganya merupakan sosok-sosok yang mampu atau berusaha dimampukan menghadapi kenyataan hidup yang ada?

Sungguh, saya belum mampu memahami Al Baqarah ayat 286 ini. Adakah yang mau memberikan saya pencerahan?

No comments:

Post a Comment

Terima kasih atas kesan dan pesan nya. Jangan kapok dan sungkan untuk berkunjung kembali :)