09/08/2024

Berkata kotor

Suatu ketika saya mendengar aduan seorang murid laki-laki di kelas, "Bu, anak perempuan ini lho kok misuh." Kesan yang jelas berbeda dengan kalimat aduan biasanya, "Bu, dia misuh." Yang kemudian saya tanggapi,"Kenapa hanya anak perempuan yang tidak boleh misuh? Laki-laki dan perempuan tidak boleh misuh." Yang kemudian dia tanggapi dengan mata berkejap-kejap. Sejak aduan itu, saya mengingatkan seluruh murid di kelas baik murid laki-laki dan murid perempuan agar tidak misuh.

Teringat kejadian itu, saya iseng membahasnya dengan rekan mengajar saya. Kami mengingat-ingat dan menduga-duga apakah memang ada semacam budaya atau nasihat yang berujar kurang lebih, 'Arek wedok kok misuh'. Saya sendiri tidak pernah mendengar hal demikian, tetapi lontaran dari murid laki-laki saya membuat saya dan rekan saya menduga bahwa ada sebagian masyarakat yang mendidik anak perempuannya agar tidak misuh. Ada harapan bahwa anak perempuan tumbuh lebih baik daripada anak laki-laki. Bisa juga anak perempuan nantinya akan menjadi ibu yang berperan besar mendidik anak sehingga berlu "beradab" baik. Yang jelas saja membuat saya bertanya-tanya apakah segampang itu memaklumi dan mengijinkan anak-anak laki-laki untuk berkata lebih buruk alias misuh? Bukankah anak laki-laki juga akan menjadi ayah? Atau, semakin kesini ada kecenderungan sosok ayah tidak terlalu penting untuk pendidikan anak? Salah besar bila ada yang berpendapat ayah tidaklah penting untuk pendidikan anak.

Orang tua adalah pasangan ayah dan ibu, laki-laki dan perempuan dewasa. Dulunya, mereka ini adalah anak laki-laki dan anak perempuan. Jadi, fatal sekali bila berharap anak perempuan harus menjadi sosok yang baik sedangkan tidak ada tuntutan yang sama terhadap anak laki-laki.

No comments:

Post a Comment

Terima kasih atas kesan dan pesan nya. Jangan kapok dan sungkan untuk berkunjung kembali :)