22/01/2024

Lalai

Kalau ada yang mengikuti tulisan-tulisan saya sejak dulu, saya pernah menuliskan tidak mudahnya dalam menentukan kehalalan suatu makanan dalam kemasan tanpa logo halal. Kita perlu membaca ingredient ataupun e-code series yang tertera pada label makanan lalu mencari status halal tidaknya kode tersebut pada website tertentu, misal di web ini.  Begitu juga saat menerima makanan pemberian atau makanan olahan, perlu bertanya atau mencari tahu kehalalan makanan yang akan dimakan.

Nah, beberapa hari belakangan ... kejadian berhati-hati akan makanan terjadi kembali. Lebih tepatnya, saya baru menyadari ketika sekerumun siswa/i jajan di area tempat wisata. Memang bukan hal aneh anak-anak jajan, yang mengkhawatirkan adalah di mana mereka jajan. Saya lupa kalau mereka sedang jajan di area muslim minoritas. Lebih-lebih saya mudah menemui pedagang daging babi di pinggir jalan, setelah menyadari kalau makanan yang dimakan di daerah tsb harus dipilih dengan hati-hati.😆

Memang kesadaran saya sangat telat setelah melihat mereka jajan. Himbauan untuk berhati-hati pun "terlambat" saya sampaikan. Apalagi tidak semua anak-anak SMP secara sadar memilih makananannya sendiri, perlu pantauan dengan ketat.

Akhir cerita, "kesadaran" itu perlu ditambahkan pada peraturan (larangan dan himbauan) yang akan disampaikan saat kegiatan Outdoor Learning (ODL) di masa datang, khususnya untuk ODL destinasi masyarakat muslim minoritas. Pihak sekolah mungkin bisa tenang saat bekerja sama dengan travel untuk menyediakan makan 3x sehari, tapi tak ada kontrol saat para siswa/i ini jajan di area wisata saat di luar pantauan guru atau pihak travel.

No comments:

Post a Comment

Terima kasih atas kesan dan pesan nya. Jangan kapok dan sungkan untuk berkunjung kembali :)