Konon katanya, lidah mudah berucap karena tak bertulang.
Tidak sedikit info benar yang bercampur dengan hal-hal tambahan yang terucap
menjadi bahasa lisan. Kekonsistenan yang tidak mudah ketika berbicara,
bermajas, berkonotasi, dan sejumlah ‘kode’ bisa terucap melalui lisan.
Sayangnya, semakin ke sini tidak hanya lidah yang perlu dijaga agar tidak
berlebihan. Jemari pun perlu dijaga dari hal-hal yang berlebihan.
Semakin kesini, kehidupan semakin canggih. Kalau dulu bahasa
lisan dan tulisan bisa dibedakan dengan mudah, sekarang kita juga bisa
menggunakan bahasa lisan dalam tulisan. Tentu saja kejadian misunderstand tetap ada karena bahasa
tulisan tak menghasilkan intonasi dan penekanan pada kata tertentu. Iya,
sejak kehadiran sosmed yang mewabah,
komunikasi dua arah atau lebih, yang
melibatkan bahasa tulisan ‘rasa’ lisan bukan merupakan hal yang aneh.
Humor dan candaan pun dengan mudahnya terlontar dengan bahasa tulisan ‘rasa’
lisan, pun dengan resiko bahwa candaan menjadi garing atau tidak pantas ditulis
karena tak senyata candaan dalam bahasa lisan.