26/12/2018

Penghuni Baru


Hey You!
Sumber: dok. pribadi


Beberapa bulan yang lalu, saya lupa tepatnya kapan, ada seekor kucing betina bertandang ke rumah. Lebih tepatnya, dia menemukan bagian kebun dan area menjemur pakaian. Entah darimana asal kucing tersebut dan saya tidak tahu siapa pemiliknya, tau-tau kucing tersebut sudah menjadi anggota penghuni di area tersebut.

Seingat saya, kucing ini tidak berbeda dengan kehadiran kucing-kucing sebelumnya. Biasanya, mereka datang karena ingin mencari sisa makanan, sekedar duduk-duduk cantik, tidur siang,  atau bahkan menumpang melahirkan. Biasanya, selang beberapa hari, para kucing tersebut akan meninggalkan rumah saya untuk melanjutkan perjalanan mereka, atau bahkan kembali ke rumah asal. Yang jelas, tidak pernah lama para kucing itu menumpang berteduh.

Kucing yang satu ini lebih gigih dibanding kucing-kucing sebelumnya. Walaupun kucing ini pernah tersiram air beberapa kali, diusir lewat pintu berkali-kali, si kucing tetap kembali. Kucing ini selalu kembali ke kebun dan arena jemur baju lewat jalan yang tidak terduga. Bisa dibilang, andai ada satu jalan utama yang ditutup agar mengurangi kucing liar bertandang ke dalam area kebun, kucing ini tetap mampu menemukan jalan lain untuk kembali masuk ke tempat tersebut. Luar biasa.

Selain kegigihannya, kucing betina ini datang dalam keadaan hamil. Sebenarnya, saya tidak tahu menahu kalau si kucing hamil. Hanya saja, saya mendapati si kucing pernah memuntahkan makanan, dan bagian perut serta putingnya membesar. Alhasil, saya googling berkali-kali permasalahan kucing ini dan bertanya pada pemelihara kucing di instagram. Hingga suatu ketika saat shubuh, si kucing berteriak-teriak seperti meminta perhatian. Waktu diberi makan,  si kucing menolak. Badannya juga bergetar saat disentuh. Karena belum pernah ada kucing yang tinggal selama itu di rumah dan benar-benar berinteraksi dengan kami warga rumah, saya benar-benar tidak tahu apa yang terjadi. Saya menganggap dia sedang kedinginan karena hujan semalaman. Akhirnya, saya selimuti dia dengan kain.

Setelah getaran pada tubuh si kucing mereda, saya tinggalkan si kucing untuk menggoreng lauk. Eh ternyata dia mengikuti dan mencari tempat di bawah kompor. Karena sebelumnya dia pernah menangkap tikus di area itu, saya biarkan saja. Namun setelah saya tinggal makan dan mencoba memanggil si kucing, ada suara pelan dari kolong sebelah yang lebih gelap. Saya mencoba melihat apa yang terjadi, dan ternyata si kucing melahirkan! Uwow, tiba-tiba saya merasa senang :D

Lalu bagaimana kabar para anak kucing? Karena ketidaktahuan saya untuk melindungi anak-anak kucing, mereka tewas dengan luka gigitan leher. Alamak! Saya benar-benar tidak tahu! Saya sempat menuduh si induk sengaja mengigit anak kucing yang lahir paling akhir saat hari kedua atau ketiga setelah kelahiran. Teman saya juga menduga si induk menggigit demi mengurangi jumlah anak agar air susunya mencukupi untuk anak yang lain. Kemudian, saya merasa dugaan saya tidak benar. 

Sekitar tiga hari kematian pertama si bayi kucing, atau sehari setelah seminggu kelahiran tiga anak kucing, ibu saya mendapati seekor kucing jantan melintas di area kucing-kucing itu beristirahat. Terlihat induk kucing juga menjilat-jilat anaknya yang sudah lunglai tak bergerak, dan akhirnya….saya pun melakukan penguburan anak kucing kembali saat si induk berlari mengejar si kucing jantan. Dugaan kembali terbentuk, ‘kucing jantan menghabisi bayi-bayi kucing’. Sebuah dugaan yang mendekati kebenaran berdasarkan pengalaman beberapa orang pemelihara kucing lokal. Wallahualam..

Rentetan kisah tragis yang dialami oleh induk dan anak-anaknya ini lumayan menyentil saya. Saya tidak pernah menyangka kalau mendapat pelajaran hidup melalui hewan. 

Kucing ini bukanlah hewan yang sengaja saya beli untuk dipelihara, bukan juga diadopsi dari penampungan kucing, tapi dia benar-benar datang sendiri. Tidak tahu dia berasal darimana dan milik siapa, tiba-tiba saja dia bisa datang kalau dipanggil. Memang, kucing ini bersikap sebagai predator alami terhadap beberapa hewan lain, tapi dia bukan hewan yang bisa dikonsumsi seperti ayam. Yang jelas, saya tidak berharap mendapat apa-apa dari hewan satu ini. Meskipun tidak ada rasa berharap, si kucing menunjukkan betapa bermanfaatnya dia di sekitar rumah. Dia memakan tikus, memakan cicak, mengawasi ular agar diam di tempat sampai ayah saya datang, dan beragam sikap yang membuat saya dan keluarga saya bersyukur karena kehadiran kucing tersebut. 

Kehadiran kucing mengigatkan saya akan rasa tidak memiliki apa-apa di dunia ini. Bayangkan, berawal dari rasa ‘bukan punya saya’, ‘tidak bisa dimakan’, ternyata juga bisa menerbitkan rasa sedih dan cucuran air mata saat menggali tanah untuk mengubur tiga bayi kucing. Peristiwa ini saya kaitkan dengan sesuatu yang selama ini saya yakini sebagai 'milik saya' dan selalu berada di sisi saya, misal keluarga saya. Padahal kalau dipikirkan baik-baik, 'milik saya' inipun sifatnya juga tidak kekal. Akan ada masa orang-orang terdekat saya meninggalkan saya, atau saya meninggalkan mereka. Suatu masa dimana seperti kucing-kucing yang berasal dari induk 'bukan milik saya' telah berpulang, pasti juga terjadi terhadap orang-orang yang sudah saya anggap sebagai 'milk saya'.

Maut, selalu menjadi hal misteri dalam hidup ini. Akankah saya benar-benar mampu memberikan kebahagiaan untuk orang-orang terdekat saya? Semoga Allah memampukan saya.

26 Desember 2018
Duduk di atas sebuah kursi dalam sebuah garasi, di dekat seekor kucing betina yang sedang tidur-tidur ayam. Sepertinya, kucing ini sedang hamil kembali :)

No comments:

Post a Comment

Terima kasih atas kesan dan pesan nya. Jangan kapok dan sungkan untuk berkunjung kembali :)