Kalau ditanya apakah saya bosan makan nasi? Mungkin kalau
tiap hari makannya nasi putih saja pasti bosan karena rasanya yang tawar. Iya, kalau
dikunyah memang rasanya manis, tapi saya gagal menemukan rasa asin atau rasa pedas
pada nasi tersebut. Tapi... tentu saja saya
belum bosan makan nasi dengan lauk, apalagi lauknya berbeda-beda tiap hari. Jadi saya belum bisa beralih pada
makanan pokok lain seperti roti, umbi-umbian macam kentang, ‘mbote’ (maaf saya
tidak tahu bahasa Indonesia-nya), sagu, jagung, dan beberapa jenis hasil alam
yang bisa dikatakan sumber karbohidrat lain. Teman saya bilang, saya itu ‘semego’,
orang yang menganggap belum makan kalau tidak makan nasi. Padahal ya, tentu saja
saya bisa bosan juga kalau hanya makan nasi tanpa lauk, apalagi terus menerus. Lha apa hubungannya nasi dengan reading slump? Tidak ada sih :D
Sebenarnya apa sih reading slump itu?
sumber |
Kalau ditanya apakah saya pernah mengalami reading slump?
maka saya merasa kesulitan untuk menjawab pertanyaan ini. Kalau menghentikan
bacaan di bagian tertentu karena tidak suka, tentu saja pernah. Ingin membanting
buku karena kesal juga pernah. Dikecewakan oleh buku berlabel book seller juga sudah pernah. Apalagi merasa putus asa dan beranggapan bahwa buku yang ada
tidak cukup menjawab apa yang ingin saya cari. Namun untuk benar-benar berhenti
membaca sepertinya... tidak. Mungkin karena pada dasarnya saya bukan bookaholic yang setiap ada kesempatan pasti
akan baca buku, apalagi di keramaian. Tentunya saya lebih memilih melihat orang
yang berlalu-lalang, mengamati benda-benda yang ada, dan memperhatikan detil di
sekitar saya. Jadi saya bukanlah orang yang terlalu bookworm bila dibandingkan para pembaca lain; para book blogger misalnya. Saya hanya
membaca buku bila saya merasa penasaran saja. Ups, kalau ada ‘perintah’ juga
tentunya hehehe…
Kembali pada masalah reading
slump. Salah seorang teman IG saya mengikuti giveaway yang pertanyaannya bagaimana mengatasi reading slump? Ada beberapa jawaban yang
ditawarkan oleh teman saya. Yang pertama
adalah dengan cara berkunjung ke akun-akun bookstagram
dan mengamati buku-buku yang lagi happening
saat ini. Menurutnya, foto-foto yang cantik dan disertai caption tentang kelebihan buku tersebut
mampu membuatnya kembali tertarik pada buku. Minimal pada buku yang diulas.
Kedua, mengikuti kegiatan giveaway
menurutnya juga termasuk berhasil membuatnya kembali berkeinginan membaca. Terlebih
setelah mendapat hadiah, hati akan merasa senang dan merasa perlu menamatkan
buku tersebut. Mungkin, ini dikarenakan beberapa pemberi hadiah perlu
mengetahui hasil review buku yang diberikan, atau sekedar ingin mengetahui
apakah hadiah yang diberikan cocok untuk pembaca tertentu. Nah, lama-lama teman
saya ini kembali menyukai kegiatan membaca buku lagi. Apalagi setelah bertemu dengan
pembaca-pembaca yang saling memotivasi.
Cerita tersebut merupakan salah satu pengalaman mengatasi reading slump. Mungkin akan ada cara
yang lain, tergantung dari tiap-tiap pembaca. Bisa jadi disebabkan karena bosan, membaca buku
dari genre yang sama terus menerus, repetisi, atau bahkan sampai hafal mati
pola yang ingin disampaikan para penulisnya. Bisa juga genre buku yang selama
ini dibaca bersifat terlalu berat hingga memerlukan bacaan-bacaan ringan seperti
manga dan manhwa tertentu, rasanya cocok untuk refreshing. Ingin ganti susana, mencoba genre lain rasanya patut
dicoba juga bukan?
Menurut saya, ya menjauh saja dari
buku-buku. Tidur, olah raga, dan segala hal selain membaca bisa dilakukan. Apalagi teruntuk pembaca yang memilih bacaan sebagai hiburan, bila merasa jenuh dan lelah
mengapa tidak memutuskan untuk beristirahat terlebih dahulu?
NB:
saya menemukan beberapa link untuk mengatasi reading slump,
barangkali bisa dicoba:
https://www.bustle.com/articles/148413-10-ways-to-snap-out-of-a-reading-slump
https://www.bookish.com/articles/how-to-break-out-of-a-reading-slump/
Cara ku untuk menhalau reading slump adalah beristirahat dan mengobrol dengan orang lain. Biasanya cara itu manjur untukku. Sementara berselancar di IG melihat foto buku-buku cantik hanya sebagai pengingat bahwa kemampuan fotografiku belum seberapa :D hehehe
ReplyDeleteAh iya...bisa juga itu mengobrol. Jadi teralihkan ya... Wkwk..wah paham banget bagian itu. Pasti mereka juga gak sekali jepret. Perlu sortir dan atur properti berkali-kali. Apalagi, gak jarang mereka pake kamera 'beneran' XD
DeleteAsyik blognya Alfath sudah mulai diisi lagi
ReplyDeleteKayaknya alfath sudah menemukan niche untuk blognya, yaitu tentang buku.
Yuk terus semangat nulis
Mungkin karena hampir setahun tulisannya berkaitan dengan buku, jadinya Anis bilang ini blog yang niche nya tentang buku. Sebenarnya tujuan awal dibuat blog ini bukan dikhususkan satu topik, tapi gado-gado. Semacam kalau misal saya punya sesuatu yang nyeleneh, saya tulis dan kapan-kapan dinilai lagi apakah kepahaman yang ditulis itu benar atau tidak. Ada pengajar yang bilang, "menulislah untuk memeriksa pemahamanmu". Blog ini tidak dikhususkan untuk bahas buku saja. Kalau bahas buku saja, blog ini sudah tadaftarin ke BBI hehehe..dan tentu saja sesuai persyaratan harus hapus konten non buku. Itu malah enggak sesuai tujuan awal kan? :)
Delete