01/05/2015

Menjelang weekend di hari buruh

Hai semua... selamat menikmati liburan mendekati akhir pekan dalam minggu ini :) Yup, sekarang (1 mei) adalah hari buruh, yang sebenarnya sudah dijadikan hari libur di beberapa Negara di dunia. Apa sih yang terlintas jikalau ada hari buruh? Demo? Pawai karyawan pabrik? Sudah pasti itu jawabannya. Hanya saja pikiran saya rada melenceng jika melihat keramaian buruh berdemonstrasi. Ya.. yang teringat adalah kasus pembunuhan Marsinah. Meskipun saya ga terlalu paham tentang beritanya, yang saya yakini adalah adanya ketidakadilan, sama halnya kasus Munir, atau yang lebih gress dan gampang diingat adalah kasus Nenek yang dipenjara karena tuduhan pencurian kayu perhutani. Kasus-kasus yang bersifat misterius dan janggal, atau mungkin pengalihan isu atas sesuatu” yang terjadi di dekatnya. Seolah-olah siapa pun orang yang tahu kebenaran kasus-kasus tersebut menjadi bisu karena takut atas pemegang kekuasaan tertentu. Pun jikalau mereka buka suara, masyarakat bisa jadi tidak dipercaya karena status “kekuatan” mereka. Bagai makan buah simalakama.

Terlepas dari kasus-kasus itu, kali ini saya mau berbagi satu judul drama yang cukup menarik. Memang dalam kenyataan tidak semua peristiwa dalam drama tersebut bisa terjadi dalam satu tempat, tentu saja bisa terjadi di beberapa tempat/sekolah dan dijadikan menjadi satu cerita. Apa saja yang terjadi di drama selalu berlabel fiktif, tapi saya melihatnya berbeda. Sepertihalnya ketika kita merasa tidak mendapat keadilan karena tidak “ber-status”, bullying yang memang sangat rawan terjadi di sekolah (baik negeri maupun swasta – apalagi jika teman-teman pembaca pernah mengalami sendiri entah sebagai saksi atau bahkan korban), orang-orang bermuka dua (sampai-sampai saya ingat tentang celetukan pengajar kurang lebih mengenai ”wajah manusia yang memakai banyak topeng”), money laundrysuatu istilah yang baru saya tahu saat saya mengerjakan skripsi karena bertemu dengan orang-orang yang berkecimpung di bidang ini yang ngobrol di dekat saya sampai saya terbengong-bengong membatin ‘ngomong apa sih’, dan hal-hal remeh seperti ‘patuhi saja atasan daripada kena masalah, emang kita ntar mau makan apa?’.
source here


Sekilas melihat gambar drama ini, saya kira akan mendapat tontonan komedi menghibur seperti ibu -ibu yang berpakaian siswa (dalam kehidupan nyata ini mustahil, tapi oke lah untuk drama). Akan tetapi masalah yang ia hadapi di sekolah tak semata bullying. Bullying hanya satu "kendaraan" untuk menutupi skandal menjijikkan lainnya. Kejahatan dan aktivitas tak pantas juga disajikan dalam drama ini. Peristiwa sederhana yang berkaitan antara guru-wali murid adalah kegiatan memberi "oleh-oleh". Jika kita amati ini juga menjadi budaya di sekitar kita. Misal kalau mau mengunjungi kerabat yang lebih tua, kita bawa kue atau apa-apa sebagai hadiah. Nah, guru (atau mungkin juga dosen) rawan dalam menerima hadiah-hadiah seperti ini. Asal tahu saja kawan, pastikan pemberian hadiah berdasar pada sekedar hadiah untuk menjalin silaturahim bukan dasar maksud lain (misal memberi nilai baik atau perlakuan berbeda). Peristiwa lainnya...? Bisa teman-teman cek peristiwa apa saja yang ditayangkan dalam drama ini.

Wah... semakin bertambah episode drama yang ditonton, drama ini terasa nyesek, mendekati real (maap saya lebay :P). semacam... jika ingin memperjuangkan sesuatu, tidak ada jaminan nyawa kita tidak melayang. Jadi, semacam menyadarkan kita, "apa sih yang sebenarnya kita takuti dalam hidup ini? Mengalami kesulitan hidup? Kelaparan? Pengangguran? Homeless?" Eniwei, jika teman-teman berminat pada drama ini coba cek angry mom, Korean drama yang masih mencapai episode 14 hingga saat ini. 

Warning: episode awal berjalan tidak begitu menarik karena tidak ada penjelasan mengapa bullying terjadi. Tidak asik rasanya menonton sesuatu yang tidak jelas atau mengambang seperti drama/movie ngambang ala one miss call, yang berakhir cegek. Mungkin karena saya punya "harapan" drama ini mempunyai "sesuatu" -seperti halnya Gokusen, God of study (Kr ver) atau Dragon Zakura (Jpn ver)- saya memutuskan untuk melanjutkan menonton drama ini. Yup, saya ingin tahu usaha apa saja yang dilakukan si ibu dalam menghadapi sekelompok orang yang memanfaatkan sistem yang ada. semakin memberi gambaran mengapa banyak orang "diam" dan terkesan memaklumi ketika ketidak-adilan itu ada di sekitar kita.


Hal yang saya ingat secara random dari drama ini: 
'penjara tidak dapat mengubah seseorang, karena mengubah cara berpikir seseorang itu..... tidak semudah itu'.
I'm agree

No comments:

Post a Comment

Terima kasih atas kesan dan pesan nya. Jangan kapok dan sungkan untuk berkunjung kembali :)