Beberapa hari lagi pemilihan presiden RI akan
diselenggarakan. Setelah mengakui keberadaan Golput yang nyata kebenarannya,
maka kali ini kita akan sedikit menyinggung para anggota Komisi Pemilihan Umum yang
telah berusah payah menekan angka Golputers (sebutan warga yang Golput versi
saya).
Meskipun tidak banyak yang saya perhatikan – saya tidak terlalu
larut mengikuti berita yang semakin bias – paling tidak… ada satu upaya KPU
yang paling mencolok yaitu adanya penyelenggaraan acara debat capres-cawapres
2014. Menurut saya, acara ini bisa menjadi upaya KPU menekan angka golput tahun
ini melalui “pengembalikan minat rakyat atas kecakapan kandidat”. Paling tidak…
kita bisa melihat para kandidat tersebut berkomunikasi menyampaikan ide dan
gagasannya di depan publik. Paling tidak… kita bisa melihat bagaimana
beliau-beliau tersebut akan tampil di depan perwakilan Negara lain suatu saat
nanti. Paling tidak… kita pernah mendengar “cita-cita” logis para kandidat
sebelum akhirnya kita berharap bahwa apa yang dikatakan beliau-beliau itu bukan
sekedar menarik hati rakyat saat kampanye, tetapi tetap menarik dan terwujud
sampai waktu selesai masa jabatan nanti. Paling tidak… kita telah menjadi saksi
dari apa-apa yang pernah kita dengarkan bersama dari “janji-janji” beliau
sehingga kita bisa mengungkit kembali ingatan itu suatu ketika dengan kekuatan
media yang sudah tentu sangat mengerikan saat ini. Paling tidak… para kandidat
presiden-cawapres kita… tidak kalah dengan ajang kontes kecantikan yang
melibatkan interaksi menjawab pertanyaan yang diajukan juri saat mereka
memasuki 5 besar.
Akan tetapi, sepertinya para Golputers tidak begitu saja
percaya atas hasil debat yang ada. Salah satu alasan yang saya ketahui mungkin
masalah kepercayaan. Rasa takut untuk dikecewakan kemudian hari tentu masih
ada. Tidak mengikuti “permainan” pilih memilih pemimpin pun dianggap wajar oleh
mereka karena hanya semacam penggunaan hak, bukan sebagai kewajiban. Namun
perlu diketahui bahwa jika ada sejuta warga penduduk pemilih aktif dan
setengahnya adalah golput, maka siapapun calon pemimpin yang terpilih dari
setengah jumlah penduduk tersebut tetap menjadi pemimpin yang sah tanpa
memperdulikan golputers. Nah dengan demikian, jika suatu saat nanti ada
kebijakan yang tidak berkenan dari pemimpin yang terpilih, apakah para
Golputers ini tetap diam saja tanpa berkomentar? Dengan kata lain, masih
berhak-kah mereka berkomentar?
No comments:
Post a Comment
Terima kasih atas kesan dan pesan nya. Jangan kapok dan sungkan untuk berkunjung kembali :)