Sudah lama dalam benak saya,
beberapa hal belum terjawab hingga saat ini. Salah satu pertanyaan adalah atlit
yang diakui juga sebagai salah satu jenis pekerjaan. Maklum, meskipun kepedulian
saya terhadap hal yang satu ini tidak besar, gencarnya pemberitaan mengenai kekalahan tim
sepak bola Indonesia beserta tetek bengek sistem yang mengaturnya, dan
didahului kasus korupsi di pemerintahan yang melibatkan “biaya perawatan” untuk
para atlet tersebut, cukup “memangil” pertanyaan yang pernah muncul dalam benak saya di masa lampau.
Ngomong-ngomong pertanyaan yang
saya punya adalah, bagaimana sebenarnya kedudukan olah raga sebagai pekerjaan? Apakah
atlit olah raga yang bertanding itu dapat disejajarkan dengan tokoh pemain film?
Seorang pedagang sate menjual
sate sebagai produk yang dijual untuk masyarakat. Ia mendapatkan penghasilan
dari jumlah sate yang dibeli konsumen. Seorang perawat menggunakan keahliannya
membantu dokter dalam menjaga kesehatan pasien, sehingga dia digaji untuk mamantau
kesehatan pasien. Seorang artis mendapat gaji dari sponsor karena menampilkan
salah satu cabang seni untuk menghibur sekelompok orang atau lebih. Singkatnya,
seseorang digaji karena melakukan suatu keterampilan/keahlian untuk orang lain
atau menjual produk kepada orang lain; barang atau jasa. Lalu, bagaimana dengan
gaji seorang atlit?
Atlit adalah seseorang yang ahli
dalam salah satu bidang keolahragaan tertentu. Waktu berlatih yang diperlukan
oleh seorang atlit lebih banyak daripada seseorang yang hanya berlatih untuk
menjaga kesehatannya. Atlit berjuang dalam sebuah pertandingan. Seorang atlit
melawan seorang atlit yang lain. Salah seorang dari atlit tersebut pasti akan
memenangkan pertandingan. Sebagai bentuk penghargaan atas kemenangannya, pemenang mendapat hadiah dari penyelenggara pertandingan. Hal demikian juga
berlaku pada sebuah tim olah raga. Setiap pertandingan dengan level tertentu
akan melibatkan banyak tim-tim olahraga. Semua tim berlomba untuk memenangkan
pertandingan dan mendapatkan penghargaan. Setiap anggota tim adalah atlit-atlit
yang dibayar untuk bertanding. Namun yang tidak dapat saya mengerti bagaimana
peran para atlit olahraga tersebut di mata para penonton. Apakah mereka itu
dianggap sebagai “artis-artis” lapangan? Apakah penonton menikmati pertandingan
yang ada dan berharap tim tersebut tampil sesuai dengan yang diinginkan (meraih
kemenangan) karena penonton telah membayar mereka (jika pemerintah turun andil
dalam pembiayaan atlit dan pertandingan, bisa saja opini “bahwa uang kami turut
membiayai atlit” muncul dalam benak masyarakat)? Atau, penonton tetap
memposisikan sebagaimana penonton murni dalam melihat suatu pertandingan? Menurut
saya, pertanyaan terakhir sangat minim sekali terjadi kemungkinannya karena
teman-teman sering mengekspresikan kekesalan atas kekalahan tim Indonesia dalam
akun sosmed mereka. Singkat kata, saya belum menemukan jawaban mengenai “bagaimana
atlit dipandang oleh masyarakat.”
Mungkin saya salah dalam melihat
sesuatu, namun ketika penonton berkeluh kesah dan mengunggul-unggulkan tim
olahraganya, entah mengapa saya teringat orang yang bermain sabung ayam. Seekor
ayam diadu melawan seekor ayam yang lain. Ayam yang bertahan karena berhasil
mengalahkan lawannya, melukai atau tidak, akan diputuskan menjadi pemenang. Sang
pemilik ayam pemenang pun berbahagia karena
mendapat pengakuan kemenangan oleh penonton dan lawan sebagai pemenang. Selain itu,
dia juga mendapat hadiah sebagai rasa pengakuan sekitar terhadap dirinya. Namun yang perlu ditakutkan adalah hukuman pelaku sambung ayam di akhirat. Di sini saya yakin bahwa diantara pembaca pasti tau bagaimana hukum pelaku sambung ayam dalam Islam. Sekali
lagi, semoga pandangan saya ini salah dan banyak pembaca yang mau menyampaikan
pendapatnya tentang pertandingan olah raga seperti yang saya paparkan di atas
sehingga saya tidak juga bertanya-tanya bagaimana ke-halal-an gaji atlit
olahraga. Mungkin yang paling aman menafsirkan peran atlit dalam pertandingan adalah sebagai 'entertainer' masyarakat. Any idea? J
Atlit ada yang menganggap sebagai pahlawan..sah-sah saja, ketika atlit tersebut berhasil membawa nama baik sebuah klub atau negara sekalipun, asalkan jangan anggap sebagai pecundang, (kecuali bagi yang betul2 pecundang) karena bagaimanapun usaha mereka untuk menjadi "entertainer" harus dihargai, salah satunya dengan gaji.
ReplyDeleteWallah' Alam bi Showab..:)
wah pecundang seperti apa yang dimaksud?
Deleteemm... betul jg tuh, emang idealnya atlet punya penghargaan dan pendapatan seperti pekerjaan lainnya
ReplyDeletebetul, pekerjaan sebagai atlet
DeleteMenurut saya atlit lbih tepat disebut orang yang punya BAKAT dalam bidang olah raga, bukan sebagai profesi..
ReplyDeleteterima kasih atas opini dan kunjungannya :)
Delete