01/10/2011

Elderly people

Kalau diingat-ingat, pertama kali mengenal istilah ini di kit Cute test – sebuah test bahasa untuk persyaratan masuk ke Curtin university – sebuah istilah untuk orang-orang yang sudah berusia senja. Sedikit dari pembahasan di materi itu adalah berkaitan dengan meninggalnya seseorang yang baru ditemukan setelah beberapa waktu kemudian (entah beberapa minggu/bulan) di suatu rumah yang ia huni sendirian. Saat itu, aku masih membayangkan bagaimana para elderly hidup sendiri tanpa keluarganya. Agak aneh jika dibandingkan dengan budaya di negara sendiri kalau orang berusia lanjut biasanya akan ditemani oleh keluarganya. Sebuah gambaran bahwa elderly people bersikap tidak terlalu turut campur dalam kehidupan pribadi anak, sepi, dan terkesan suram.

Di tempat ini, keluar dari satu pemandangan elderly yang biasa kukenal, aku menemukan pemandangan baru. Suatu informasi baru yg ter ‘add’ dengan latar budaya yang berbeda. Para elderly yang mandiri. Bukan bermaksud mengatakan bahwa elderly di negeri sendiri manja, tetapi mandiri di sini lebih menekankan bahwa mereka kemana-mana sendiri dan tidak menutup kemungkinan mereka tinggal di rumah seorang diri. Ketika berbelanja kebutuhan sehari-hari di dekat kos atau agak jauh, dapat ditemukan elderly people yang juga berbelanja. Mereka menggunakan sebuah troli yang bisa memuat barang-barang belanjaan. Mereka juga ikut duduk-duduk di halte bus utk menanti bus umum yang membawa mereka berkelana ke manapun mereka inginkan. Meski terlihat ringkih dan tertatih-tatih karena kecepatan berjalan mereka seirama dengan pergerakan jarum jam dari satu detik ke detik berikutnya, mereka tetap saja beraktivitas seorang diri dengan ditemani semacam jagrak sebagai alat bantuan untuk berjalan. Suatu pemandangan yang masih sedikit mengiris hati tapi patut diapresiasi. Mengiris hati karena mengingatkanku pada almarhumah nenek tapi patut diapresiasi atas upaya yang mereka lakukan. Pembelajaran yang dapat kuambil adalah “seperti apapun kondisi yang ada pada diri kita, hendaknya kita terus berjalan mengarungi kehidupan meskipun dengan nilai kecepatan yang sangat kecil. Hingga diambilnya kesempatan kita untuk berjalan di akhir episode kehidupan ini.”

Hal yang sama antara elderly people di negara ini dengan negara sendiri adalah bagaimana sikap mereka pada yang lebih junior. Ada elderly people yang ramah dan ada juga yang sibuk dengan pikirannya sendiri. Dengan kemampuan bahasa Inggris ku yang pas-pasan, elderly people ramah sangat menyenangkan ketika bercakap-cakap. Seringkali, mereka menyapa dengan mengomentari kondisi cuaca (matahari yang hangat, angin yang dingin, dsb) sebagai pembuka percakapan. Kemudian bertanya mau kemana, dari negara mana, sudah berapa lama di negara ini, dan pertanyaan lain sesuai dengan kondisi dimana kami berada saat itu dengan durasi waktu tertentu. Bahkan jika waktunya cukup lama (ketika menunggu bus di hari sabtu/minggu), ada yang sampai bercerita tentang negara asal, di negara mana saja keluarganya berada, dan bahkan mendiskusikan pertimbangan untuk menetap di negara ini.

Kemudian, bagaimana perlakuan sekitar terhadap para elderly di sini? Yah, mereka diperlakukan seperti warga negara lain yang masih muda (dalam perolehan hak). Namun, yang nampak berbeda adalah ketika menggunakan transportasi umum, salah satunya bus. Ada bagian tertentu bus yang diperuntukkan untuk para elderly dan para ibu pembawa troli bayi (di sini bayi dan balita diletakkan dalam troli – tidak ada yang digendong, kecuali berusia sangat muda dan ini jumlahnya tidak banyak), letak tempat duduk ini di bagian depan sampai agak ke tengah bus. Kursi di area tersebut juga bisa dilipat, sehingga troli tidak makan banyak tempat di dalam bus. Ketika mereka datang, orang-orang langsung berdiri dan mempersilahkan mereka untuk menempati area tersebut. Jika kursi bagian belakang sudah penuh, maka orang-orang ‘mengalah’ tadi akan tetap berdiri sampai tiba di tempat tujuan mereka.

Ya, begitulah sedikit cerita yang tertangkap selama di sini. Mungkin informasi tentang mereka akan ter’upgrade’ seiring berjalannya waktu. Paling tidak, gambaran tentang para elderly di negara ini dan di negara asal telah ter’capture’ dalam ingatan. Semoga ini bisa menjadi bahan tambahan untuk memutuskan bagaimana memperlakukan para elderly seharusnya (terutama bagaimana akan memperlakuan orang tua sendiri saat ini, bagaimana bentuk penghargaan kepada mereka), atau bahkan untuk siapa saja yang mencoba berdamai dengan ‘kekritisan’ para elderly J.

2 comments:

  1. keren.........

    you exactly write what I am thinking about,hahaha

    ReplyDelete
  2. @afatsaho iyo ta? kita berada di tempat yg berbeda.

    ReplyDelete

Terima kasih atas kesan dan pesan nya. Jangan kapok dan sungkan untuk berkunjung kembali :)